Pages

Selasa, 01 November 2016

ISTIRAHAT MAGANG DI KOS TEMAN

Siswa magang yang lain mulai berdatangan. Mereka sedikit bingung dengan kehadiran kami. Tapi mereka pun pasti sudah tahu bahwa kami adalah siswa magang yang baru. Datanglah Pak Selamat. “Pak, ini ada siswa baru magang Pak,” Rina berujar. “Oh, iyakah. Sini-sini Nak, siapa namanya? Kita kenalan dulu,” kata Pak Selamat. Kami bertiga berkenalan dengan Pak Selamat. Selanjutnya beliau menjelaskan tata cara bekerja di ruang arsip ini. Kami juga berkenalan dengan siswa magang yang lain. Selain Rina, ada juga Pahmi, Hendra, Faris, Mitha, Vera, Hanna, dan satu lagi yang pada hari itu tidak hadir yaitu Opek.
Pukul 08.00 tepat bel berbunyi dan diiringi oleh suara seseorang yang sedang membacakan doa sebelum mulai bekerja. Satu hal yang ku ingat dari doa tersebut adalah harapan agar Direktorat Jenderal Pajak mampu memenuhi target pajak tahun ini. Setelah mendapat penjelasan dari Pak Selamat, kini aku mulai bekerja. Aku masih nampak kaku dan canggung. Masih belum terbiasa dengan pekerjaan di sini. Aku mulai dari mengarsipkan SPT wajib pajak Badan Usaha. Semua harus hati-hati karena merupakan dokumen penting.
Aku bekerja mulai hari Senin sampai Jumat. Dan hari Sabtu aku gunakan masuk sekolah untuk mengejar pelajaran yang tertinggal. Waktu terus berjalan, bahkan cenderung tak mau berhenti. Beberapa hari sudah aku magang di Kantor Pajak ini. Awalnya memang sulit untuk beradaptasi. Namun akhirnya, jadi terbiasa juga. Pekerjaanku masih sama: mengarsipkan SPT wajib pajak Badan Usaha ke arsip induk. Dan Rina sebagai juru sortir.
Ruang arsip ini cukup luas dan terbagi dua antara arsip wajib pajak Badan Usaha dan Perorangan. Bagian Perorangan berada di sebelah kanan dari pintu masuk. Di sana juga ada yang magang. Belakangan aku tahu mereka adalah para mahasiswa. Mereka bekerja menggunakan komputer. Berbeda dengan kami di bagian Badan Usaha yang masih manual. Arsip wajib pajak Perorangan terletak di antara rak-rak besar dan tinggi yang berjejer. Aku kadang merasa ngeri berjalan di koridor tersebut karena cenderung gelap.
Arsip induk Badan Usaha tidak hanya bertumpuk di lantai. Namun ada juga yang berada di lemari besi yang mengelilingi ruangan ini. Dan masih ada lagi lemari loker dengan rak-rak yang bertingkat di bagian belakang. Aku dan yang lainnya terkadang sampai harus memanjatnya untuk dapat mencapai pada rak yang paling atas. Tempat ini juga merupakan tempat yang strategis untuk tidur siang saat jam istirahat. Pernah satu ketika aku hampir menginjak Rina yang ternyata sedang tidur di sana. “Hampir tejajak anak orang,” gumamku.
Rina adalah teman dekatnya Pahmi. Ternyata mereka telah berteman sejak SMP. Pahmi yang saat itu tidak ada kendaraan sering menebeng Rina ke Kantor Pajak. Mengenai Pahmi, kami memiliki kesamaan. Yaitu sama-sama Liverpuudlian. Yes, The Kop. Sama-sama penggemar klub sepak bola Britania Raya: Liverpool Football Club. You’ll Never Walk Alone! Hari ini pekerjaan kami tidak begitu banyak. Pernah Pak Selamat berkata.
“Bulan Maret ini memang tidak banyak pekerjaan,”
“Kenapa bisa kaya itu Pak?” tanyaku. “Kena mun sudah bulan April, banyak am gawian menumpuk. Karena, bulan April adalah bulan terakhir pengumpulan SPT wajib pajak,”
“Oh, kayak itu kah,”
Hal yang paling ditunggu-tunggu oleh kami adalah jam istirahat. Tentu saja, karena kami bisa rehat sejenak untuk melepaskan lelah dan penat. Jam istirahat digunakan untuk bersantai-santai, makan-makan dan salat. Waktu itu teman-teman yang lain sedang asyik makan snack. Kemudian mereka menawarkan makanan kepadaku. Aku yang masih baru di tempat itu enggan untuk mengambilnya. Kemudian si Hendra bilang, “Mun supan, ikam lapar di sini,” Mendengar kata-kata tersebut, akhirnya aku pun ikut makan bersama mereka.
Untuk makan siang, kami menyerbu warung makan yang ada di belakang Kantor Pajak. Sering ada orang gila berkeliaran di sana. Kasihan ia, dengan baju yang compang-camping, celana yang asal-asalan, rambut yang panjang dan tak terurus serta badan yang kotor. Ia sebenarnya tidak mengganggu walau sering mencuri makanan di warung. Aku rasa ia mencuri karena ia lapar. Lagi pula apa yang dapat orang seperti dia lakukan selain mencuri makanan sekedarnya dan mengharap belas kasihan orang lain. Sungguh, apa yang ia lakukan tidak ada apa-apanya dibanding dengan para tikus-tikus pengerat uang negara.
Tempat ini berubah menjadi pasar pada setiap minggu pagi. Namun, pada setiap sore juga ada pasar. Biasanya aku dan yang lainnya setelah salat asar mampir dulu ke warung gorengan. Kami istirahat dulu di sana sebelum kembali bekerja. Pernah suatu ketika ada keroket yang baru matang tiba-tiba meledak. Dummm…. duaarrr… duaarrr. Segala isinya berhamburan. Mungkin karena terlalu matang atau entah apa, aku rasa hanya hukum fisika yang mampu menjelaskannya.
Jam istirahat juga kami gunakan untuk santai di lapangan terbuka di lantai 3 yang digunakan oleh para karyawan untuk senam pagi setiap hari Jumat. Di sini aku dapat menikmati angin sore dan juga melihat pemandangan yang ada di sekitar Kantor Pajak ini. Aku dapat melihat Bank Kalsel yang berdiri dengan gagahnya. Serta Hotel A Banjarmasin, Gereja dan Plaza Arjuna yang menjadi saksi bisu tragedi kerusuhan Mei 1997. Tak lupa juga, aku dapat melihat keriuhan pasar yang ada di belakang kantor.
Di sini kami juga sering bermain bola. Pernah satu kali Topan terlalu bersemangat menendang bola sehingga melewati balkon pembatas dan akhirnya bola pun jauh ke bawah. Kami lihat bola tersebut menimpa kepala seorang padagang pasar. Beliau sempat marah-marah. Aku yakin bola plastik kecil tersebut tidak begitu keras mengenai kepala beliau. Mungkin beliau hanya malu. Entahlah, aku tak berani mewawancarai beliau.
Suatu ketika Pak Syauqi datang ke ruang arsip. Beliau berbicara dengan Pak Selamat sebentar. Setelah pembicaraan singkat tersebut, Pak Syauqi lalu ke luar. Pak Selamat lalu mengumpulkan kami lalu bicara, “Jadi begini, karena di lantai 4 ada perlu bantuan, maka Pak Syauqi meminta salah satu dari kalian untuk pindah ke sana. Hendra, ikam hakun lah?” tanya Pak Selamat. “Inggih, Pak ai. Ulun kada papa,” ujar Hendra. Jadilah Hendra pindah ke sana.
Walaupun Hendra sudah tidak berada di ruang arsip lagi, namun ia cukup rajin mengunjungi kami di sini. Sekedar untuk urusan surat-surat, tanda tangan dan hal lainnya. Kini sudah memasuki akhir Maret. Beberapa temanku sudah habis masa magangnya. Faris, Opek, Hanna, Mitha, Vera, dan Rina adalah termasuk yang habis masa magangnya. Yang tertinggal kini hanyalah aku, Arif, Topan, dan Pahmi. Jadilah tinggal kami berempat yang tersisa di ruang arsip kini.
April 2014
Benar kata Pak Selamat. Bulan April pekerjaan sungguh banyak. Belum selesai pekerjaan yang satu, datang lagi pekerjaan lainnya. SPT wajib pajak pun menggunung. Kami terus bekerja keras. 9 April, Pemilihan Umum dilaksanakan di Indonesia. Aku libur dari rutinitas pekerjaan yang sedang banyak-banyaknya dan sungguh menyita tenaga. Di rumah aku malah disuguhi persaingan sengit nan panas Pemilihan Umum. Mulai dari hitung cepat yang ditayangkan di televisi, pembahasan sengit antar partai yang mengklaim memenangi Pemilu, bahkan sampai partai yang cari jodoh untuk membentuk koalisi.
Kembali ke masalah pekerjaan. Memasuki minggu-minggu terakhir aku magang di sini, aku masih belum menemui tanda-tanda SPT yang masih menumpuk akan selesai diarsipkan. Tanpa Rina, aku dan Pahmi sampai harus turun tangan sebagai juru sortir dadakan sekaligus mengarsipkan. Pada saat ada waktu libur, aku pergi untuk memperbaiki sepedaku. Aku pikir, aku bisa masuk kerja lebih pagi dengan bersepeda sendiri daripada harus menunggu tumpangan Arif. Hal ini bisa membuat pekerjaan bisa lebih cepat selesai. Pahmi yang mengetahui hal tersebut, malah ikut-ikutan berangkat naik sepeda.
Hari terakhir di bulan April, itu artinya hari ini adalah hari terakhir bagiku magang di Kantor Pajak. Sore harinya aku tak hanya sibuk dengan pekerjaan rutin, namun juga sibuk menyiapkan berkas-berkasku yang harus ditandatangani oleh Pak Selamat sebagai pembimbingnya. Aku tak mengira hal ini akhirnya terjadi. Rasanya baru kemarin Rina dan teman yang lainnya meninggalkan kami karena telah habis masa magangnya. Hari ini malah aku yang harus meninggalkan tempat ini. Filosofi hidup memang begitu. Yang mula-mula datang pada akhirnya harus pergi meninggalkan yang tertinggal. Dan yang tertinggal, hanya menunggu waktu untuk mengemasi barang-barangnya untuk bersiap pergi karena akan digantikan yang baru. Begitupun kehidupan dan kematian.
“Mana Ris adakah buku yang handak ditandatangani?” tanya Pak Selamat.
“Ini ada, Pak,” Aku pun menyerahkan buku panduan magang yang berisi semua kegiatan yang telah aku kerjakan di sini. Setelah selesai menandatangani, beliau pergi ke lantai bawah untuk membantu penerimaan SPT di sana. April sungguh sibuk. Aku menyelesaikan sedikit pekerjaan lagi. Setelah selesai, aku dan lainnya mengemasi barang-barang kami. Kami kemudian pergi ke tempat Pak Syauqi untuk mengembalikkan tanda pengenal bertuliskan ‘Karyawan Magang’. Setelah itu kami langsung ke bawah untuk menemui Pak Selamat.
“Pak, kami pamit mau pulang,” kataku.
“Iyakah, berarti sudah habis buhan ikam maganglah?”
“Inggih,”
“Ayuja, makasih banyaklah selama ini sudah mau membantu,” kata Pak Selamat. Kamipun bersalaman dan mohon diri untuk pulang.
Bagiku bulan Maret adalah bulan di mana semuanya berawal. Teman baru, pengalaman seru, semuanya jadi satu. Sedangkan April terasa begitu singkat. Aku senang bisa diberi kesempatan magang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarmasin. Banyak pengalaman mengesankan selama aku magang di sini. Walau pekerjaan menumpuk, akan tetapi semuanya aku lewati dengan senang hati. Hal tersebut tidak menjadi beban bagiku. Karena pekerjaan adalah amanah dan juga ibadah. Sehingga semua tetap baik-baik saja. Sekian dulu cerita aku ini. Semoga dapat diambil pelajaran.
Cerpen Karangan: Faisal Harris
Facebook: facebook.com/faisalharris34
Faisal Harris lahir di Banjarmasin tahun 1997. Menempuh sekolah menengah di SMK Muhammadiyah 1 Banjarmasin jurusan akuntansi lulus tahun 2015. Sekarang sedang belajar di salah satu Perguruan Tinggi negeri di banjarmasin.
Cerita Magang Sebuah Pengalaman Mengesankan (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Faisal Harris , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar