Pages

Jumat, 25 November 2016

Tips menghindari tilang di Semarang ,demak dan kudus

tips menghidari tilang di kota semarang, demak dan kudus
tips menghindari tilang di kota semarang, demak, dan kudus
saat mengendarai motor atau mobil anda akan mendapati bermacam-macam rambu-rambu lalu lintas dan yang paling tidak mengenakkan adalah saat kita tidak tahu tentang rambu-rambu tersebut kemudian abra kadraba anda ketilang karena melanggar lalu lintas entah karena tidak berada garis marga, salah berputar atau salah belok tidak dengan reting dsb.
tilang yang terjadi saat anda masih mengendari kendaraan kemudian anda dihentikan oleh pak polisi berarti anda telah melanggar lalu dengan tanpa sepengetahuan anda nah itulah yang paling menjengkelkan, tapi jangan kawatir disini akan ada sedikit tips bagi para pengendara yang belum tahu tentang rambu-rambu lalu lintas khusunya di 3 kota yaitu Semarang, Demak dan Kudus.
tips ini sangat mujarab meskipun anda tidak membawa SIM atau belum punya SIM dan tidak membawa STNK atau surat yang lainnya anda jangan kawatir karena tips ini tidak membutuhkan itu selama tidak ada razia atau oprasi besar.
nah yang anda lakukan dalam berkendara yaitu jangan berada paling depan saat berada dijalan khususnya pada rambu-rambu lalulintas, karena jika anda salah atau melanggar rambu-rambu tanpa sepengetahuan anda maka anda akan dikejar polisi dan abra kadraba anda kena tilang, tapi ini tidak berlaku jika anda berkendara tidak berada paling depan entah nomor 3 atau 5 dst. karena polisi yang jumlahnya sedikit tidak akan mengejar pada pengendaraa yang berada di belakang dan anda akan aman.
di kota semarang anda harus hati-hati di jalan tugu muda yang penuh rambu-rambu yang membingungkan dan di kota lama anda juga harus hati-hati jika anda ingin selamat gunakan tips di atas tadi bakal manjur.
di kota Demak kebanyakan kesalahan terjadi di daerah TRENGGULI yaitu pada lampu merah trengguli yang menuju pada kudus dan ke kiri ke jepara, nah ini rawan sekali akan penilangan. anda harus hati-hati disini pada saat lampu merah anda harus berhenti di garis marga bagian kanan jika anda berhenti di garis marga bagian kiri dan di depan anda ada polisi maka siap-siap anda terkena tilang. jika anda sudah terlanjur berhenti di garis marga bagian kiri karena di bagian kanan ada mobil atau truck maka anda harus berusa tidak berada di garis marga bagian kiri meskipun harus berhempit dengan mobil atau truck jika anda takut berhempitan sama trukc maka saya sarankan anda untuk belok ke kiri sekalian biar tidak salah dalam rambu-rambu karena garis marga bagian kiri digunakan untuk kendaraan yang mau ke jepara jadi anda dilanrang berhenti di gairs marga bagian kiri.
di kota Kudus di jalan kota Gedung DPRD anda harus hati-hati saat berkendara disitu bila ada polisi jangan sampai penampilan anda tidak lengkapa atau tidak sesuai standar maka saya sarankan anda untuk berhenti dan cari jalan alternatif lainnya.
mungkin ini dulu yang saya sampaikan pada anda yang tidak ingin berurusan dengan polisi jalanan maka ketahuilah itu.
semoga daoat bermanfaat bagi para pembaca bila ada kekurangan bisa di kritik sejelas-jelasnya

Rabu, 23 November 2016

BIODATA

BIODATA
Nama : MOHAMMAD KHAERUDIN
Tempat, Tanggal Lahir : KENDAL , 22 FEBRUARI 1999
Jenis Kelamin : LAKI LAKI
Status : -
Kewarganegaraan : INDONESIA
Golongan Darah : -
Agama : ISLAM
Alamat : DS.KALIRANDU GEDE RT 03 RW 01
No. Telpon : -
E-mail : rudinkhae9@gmail.com
Website/blog : khae1.blogspot.co.id
Nama Orang Tua : SULASTRI
Anak ke/dari : 3 dari 3
Pendidikan Terakhir : TK PERMATA SARI , SDN KALIRANDU GEDE , SMP N 4 CEPIRING , SMK NU 01 KENDAL

Selasa, 22 November 2016

Langkah 4tak

1. Langkah Isap dan Kompresi
Piston bergerak ke atas. Ruang dibawah piston menjadi vakum/hampa udara, akibatnya udara dan campuran bahan bakar terisap masuk ke dalam ruang dibawah piston. Sementara dibagian ruang atas piston terjadi langkah kompresi, sehingga udara dan campuran bahan bakar yang sudah berada di ruang atas piston suhu dan tekanannya menjadi naik. Pada saat 10-5 derajat sebelum TMA, busi memercikan bunga api, sehingga campuran udara dan bahan bakar yang telah naik temperatur dan tekanannya menjadi terbakar dan meledak.
2. Langkah Usaha dan Buang
Hasil dari pembakaran tadi membuat piston bergerak ke bawah. Pada saat piston terdorong ke bawah/bergerak ke bawah, ruang di bawah piston menjadi dimampatkan/
dikompresikan. Sehingga campuran udara dan bahan bakar yang berada di ruang bawah piston menjadi terdesak keluar dan naik ke ruang diatas piston melalui saluran bilas. Sementara sisa hasil pembakaran tadi akan terdorong ke luar dan keluar menuju saluran buang, kemudian menuju knalpot.
Langkah kerja ini terjadi berulang-ulang selama mesin hidup
Keterangan : Pada saat piston bergerak ke bawah, udara dan campuran bahan bakar yang berada di ruang bawah piston tidak dapat keluar menuju saluran masuk, karena adanya reed valve.
Penjelasan Lebih Detail
Jika mesin 4 tak memerlukan 2 putaran crankshaft dalam satu siklus kerjanya, maka untuk mesin 2-tak hanya memerlukan satu putaran saja. Hal ini berarti dalam satu siklus kerja 2 tak hanya terdiri dari 1 kali gerakan naik dan 1 gerakan turun dari piston saja. Desain dari ruang bakar mesin 2 tak memungkinkan terjadunya hal semacam itu. Ketika piston naik menuju TMA untuk melakukan kompresi maka katup hisap terbuka ( lihat gambar di bawah) dan masuklah campuran bahan bakar dan udara, sehingga dalam satu gerakan piston dari TMB ke TMA menjalankan dua langkah sekaligus yaitu kompresi dan isap. Pada saat sesaat sebelum piston mencapai TMA maka busi menyala, gas campuran meledak dan memaksa piston kembali bergerak ke bawah menuju TMB. Gerakan piston yang ini disebut langkah ekspansi. Namun sembari

Selasa, 01 November 2016

belajar menyetir itu gak segampang naik motor sambil berdiri :-D



“Apa sih susahnya nyetir itu… gampangan nyetir mobil daripada motor tauk…”
Mungkin apa yang dibilang suami saya itu benar baginya, atau sebagian besar orang, tapi bukan saya :(. Bagi saya, mobil adalah sebuah kendaraan yang sulit dikendalikan; dengan ukuran dan tenaganya yang besar, serta (jangan lupakan) tuas-tuas kemudi yang kompleks (baca: setir, kopling, rem tangan, dkk.). Dan itu sebabnya, saya selalu menolak untuk belajar menyetir, selain karena memang belum ada urgensinya. Saat itu, kemampuan saya bermotor sudah lebih dari memadai untuk memfasilitasi kebutuhan mobilisasi saya; karena saat itu memang kantor, bank, pasar, midi market dan sejenisnya jaraknya tidak lebih dari 4 km. Namun, all good things come to and end (meminjam lirik lagu Nelly Furtado dan Mandy Moore), akhirnya semua kemudahan itu berakhir…
Setelah mutasi ke Lampung, jarak ke kantor melar sampai 30 km (1 jam perjalanan) dan jalanan-jalanan kampung yang sangat bersahabat dengan pengendara motor berubah menjadi jalan lintas propinsi yang dipenuhi kendaraan-kendaraan raksasa. Beberapa saat setelah pindah ke Lampung juga, kami harus mencari pengasuh yang baik dan sayang pada Ganesh dan Mahesh, yang alhamdulillah kami temukan, namun tidak bersedia untuk menginap ataupun bekerja terlalu jauh dari tempat tinggal mereka (rumah kami saat ini), sehingga opsi pindah rumah mendekati kantor saya pun kami coret. Dua hal itulah yang akhirnya membuat saya (terpaksa) harus belajar menyetir! Karena jika tidak; itu sama artinya membuat suami saya terus terlambat ke kantor karena harus mengantar saya dulu dan juga harus meninggalkan Ganesh dan Mahesh lebih lama karena untuk pulang saya harus menunggu jemputan suami. Dan ini stressfull, karena pada saat sampai di rumah kadangkala Mahesh sudah rewel ingin tidur dan Ganesh jadi terabaikan. Padahal setiap pulang, Ganesh sudah menunggu-nunggu kedatangan saya.
Jadi, meskipun pesimis akan hasilnya, saya pun ‘menutup mata’ dan berusaha, seperti ini…
1. Diajarin suami . Beberapa minggu sebelum cuti melahirkan habis beberapa kali suami mengajari saya menyetir. Tapi usaha ini mandeg sampai usaha menjalankan mobil dan saya semakin percaya bahwa mobil itu memang kendaraaan yang sulit dikendalikan. Kopling itu adalah benda yang menyusahkan sekali dan setir adalah alat kendali yang abstrak karena tidak jelas berapa derajat diputar akan membuat mobil belok sekian derajat. Alhasil, mau jalan saja mati mesin berkali-kali. Dan kalau pun berhasil jalan, pada saat panik merasa akan menabrak, reaksi saya adalah menginjak rem sekuat tenaga (tanpa injak kopling), sehingga (lagi-lagi) mati mesin dan mobil melompat! Stress ? Iya! Hopeless ? Juga iya… Sampai suami pun ikut-ikutan hopeless :'(.
2. Belajar di tempat kursus setir profesional. Ternyata beda lho instruksi orang yang memang biasa ngajarin nyetir ! Lebih mudah dipahami dan dipraktekkan… Selain itu, karena kopling dan remnya diparalel (ada dua), tekanan mentalnya juga lebih ringan. “ Ga mungkin nabrak… ” paling tidak itu membuat proses belajar lebih santai daripada diajarin suami :D. Karena itu, disini saya akhirnya bisa menjalankan mobil, mengarahkan mobil dengan setir dan berhenti tanpa mati mesin! Yeay ! Tapi, tetap saja sih, saat mencoba mobil sendiri masih kocar-kacir dan tidak semudah mengemudi mobil latihan, jadi artinya tetap harus membiasakan diri dengan mobil sendiri…
3. Belajar didampingi suami (lagi). Setelah pengetahuan tentang dasar-dasar menyetir; menjalankan mobil, pindah gigi, berhenti, jalan di jalan tanjakan, berbatu dan berkelok-kelok; sudah ada di kepala. Maka untuk membiasakan diri dan berani menyetir mobil sendiri, saya harus sering-sering membawa mobil sendiri. Nah, ini mah tugas suami, mau siapa lagi? And I called it , uji mental! Karena sepanjang jalan saya harus tahan diberi instruksi-instruksi yang kadang bagi saya membuat stress !
Please note, instruktur itu sudah terlatih dan berpengalaman, jadi tidak bisa disamakan dengan suami atau siapa pun yang mengajari kita. Kalaupun ada kata-kata yang ‘ gimana-gimana ’, jangan dimasukkan ke hati, cukup masukkan ke otak saja. Dan tetap ingat pada tujuan utama untuk bisa menyetir. Jadi, kalaupun harus nangis saking stress -nya, ya cukup menepi dulu, setelahnya, ya jalan lagi… :D.
4. Ke Kantor didampingi driver kantor. Suatu hari muncullah ide, mengajak driver kantor yang tinggal di dekat rumah untuk mendampingi pulang-pergi rumah – kantor setiap hari, dan ternyata dia bersedia. Jadilah selama 5 hari, saya menyetir pulang-pergi kantor bersamanya sambil belajar. Mulus? Tentu tidak semudah itu :D. Hari pertama, mobil sempat lompat karena nervous karena mobil mundur saat harus berjalan setelah berhenti di tanjakan. Lalu dag-dig-dug saat menyeberang jalan, mengambil u-turn atau berjalan lagi di lampu merah adalah makanan sehari-hari. Kopling, masih benda yang sulit saya pahami dan mati mesin itu bagaikan rutinitas. Dan setelah 5 hari, saya akhirnya menghentikan usaha ini karena mas driver ini ditugaskan dinas keluar kota.
5. ( Finally ) memberanikan diri membawa sendiri ! Setelah 5 hari itu, saya pun meminta suami saya mendampingi ke kantor untuk menilai kelayakan saya membawa mobil sendiri, meskipun sebenarnya masih dag-dig-dug juga. Dan hasilnya adalah yes ! Meskipun masih mati mesin beberapa kali, kecepatan maksimal 50 km/jam dan belum berani menyalip di jalan dua arah; hari berikutnya saya diijinkan berangkat sendiri. Dan rasanya perdana menyetir sendiri ke kantor itu adalah dag-dig-dug sepanjang jalan, setir basah oleh keringat, sakit perut sebelum berangkat, stress saat berhenti di tanjakan atau macet atau diklakson orang di lampu merah dkk. Tapi berbekal usaha maksimal, doa dan tekad perjalanan demi perjalanan pun saya lalui dengan selamat :). Alhamdulillah…
Dan akhirnya, setelah 3 minggu, dag-dig-dug membawa mobil sendiri ke kantor, tulisan ‘belajar’ yang tertempel di belakang pun di lepas. Bukan karena sepenuhnya sudah ‘jago’ di segala kondisi (karena nyatanya untuk kondisi-kondisi sulit, seperti berhenti dan berjalan lagi di tanjakan masih belum lancar), tapi rasanya secara mental dan kemampuan sudah cukup memadai untuk tidak selalu minta dimaklumi oleh pengendara lain.
And now, here I am … memiliki kehidupan yang lebih manusiawi setelah bisa berangkat dan pulang sendiri ke kantor. Tidak lagi pontang-panting berangkat pagi-pagi sekali supaya suami tidak terlalu terlambat; tidak lagi tiba di rumah saat matahari terbenam saat anak mulai rewel ingin tidur. Fiuhh, akhirnya, setelah perjuangan panjang yang menegangkan, saya bisa (bukan ahli ya…) juga menyetir :).
And at last … saran saya untuk teman-teman senasib yang merasa belajar menyetir itu sesuatu yang sangat sulit dan bahkan menakutkan; just remember that, fear is in your mind … Dimana sesungguhnya dia tidak perlu ditaklukkan, tapi diajak bersahabat dalam artian kita bersedia menerima rasa takut sebagai konsekuensi dari suatu usaha kita. Kalau katanya Gator dalam film Thomas and Friends: Tale of the Brave, “ Being brave isn’t the same as not feeling scared, being brave is about what you do even when you do feel scared. ” Jadi, kalau memang ingin bisa, ya go ahead , meskipun dengan rasa takut di hati kita. Percaya deh , pelan-pelan rasa itu akan hilang semakin sering kita bersamanya, meskipun pada awalnya harapan itu terasa kecil sekali.
If you really want something, just take the risk (of being scared) so you got the chance to get it …

ISTIRAHAT MAGANG DI KOS TEMAN

Siswa magang yang lain mulai berdatangan. Mereka sedikit bingung dengan kehadiran kami. Tapi mereka pun pasti sudah tahu bahwa kami adalah siswa magang yang baru. Datanglah Pak Selamat. “Pak, ini ada siswa baru magang Pak,” Rina berujar. “Oh, iyakah. Sini-sini Nak, siapa namanya? Kita kenalan dulu,” kata Pak Selamat. Kami bertiga berkenalan dengan Pak Selamat. Selanjutnya beliau menjelaskan tata cara bekerja di ruang arsip ini. Kami juga berkenalan dengan siswa magang yang lain. Selain Rina, ada juga Pahmi, Hendra, Faris, Mitha, Vera, Hanna, dan satu lagi yang pada hari itu tidak hadir yaitu Opek.
Pukul 08.00 tepat bel berbunyi dan diiringi oleh suara seseorang yang sedang membacakan doa sebelum mulai bekerja. Satu hal yang ku ingat dari doa tersebut adalah harapan agar Direktorat Jenderal Pajak mampu memenuhi target pajak tahun ini. Setelah mendapat penjelasan dari Pak Selamat, kini aku mulai bekerja. Aku masih nampak kaku dan canggung. Masih belum terbiasa dengan pekerjaan di sini. Aku mulai dari mengarsipkan SPT wajib pajak Badan Usaha. Semua harus hati-hati karena merupakan dokumen penting.
Aku bekerja mulai hari Senin sampai Jumat. Dan hari Sabtu aku gunakan masuk sekolah untuk mengejar pelajaran yang tertinggal. Waktu terus berjalan, bahkan cenderung tak mau berhenti. Beberapa hari sudah aku magang di Kantor Pajak ini. Awalnya memang sulit untuk beradaptasi. Namun akhirnya, jadi terbiasa juga. Pekerjaanku masih sama: mengarsipkan SPT wajib pajak Badan Usaha ke arsip induk. Dan Rina sebagai juru sortir.
Ruang arsip ini cukup luas dan terbagi dua antara arsip wajib pajak Badan Usaha dan Perorangan. Bagian Perorangan berada di sebelah kanan dari pintu masuk. Di sana juga ada yang magang. Belakangan aku tahu mereka adalah para mahasiswa. Mereka bekerja menggunakan komputer. Berbeda dengan kami di bagian Badan Usaha yang masih manual. Arsip wajib pajak Perorangan terletak di antara rak-rak besar dan tinggi yang berjejer. Aku kadang merasa ngeri berjalan di koridor tersebut karena cenderung gelap.
Arsip induk Badan Usaha tidak hanya bertumpuk di lantai. Namun ada juga yang berada di lemari besi yang mengelilingi ruangan ini. Dan masih ada lagi lemari loker dengan rak-rak yang bertingkat di bagian belakang. Aku dan yang lainnya terkadang sampai harus memanjatnya untuk dapat mencapai pada rak yang paling atas. Tempat ini juga merupakan tempat yang strategis untuk tidur siang saat jam istirahat. Pernah satu ketika aku hampir menginjak Rina yang ternyata sedang tidur di sana. “Hampir tejajak anak orang,” gumamku.
Rina adalah teman dekatnya Pahmi. Ternyata mereka telah berteman sejak SMP. Pahmi yang saat itu tidak ada kendaraan sering menebeng Rina ke Kantor Pajak. Mengenai Pahmi, kami memiliki kesamaan. Yaitu sama-sama Liverpuudlian. Yes, The Kop. Sama-sama penggemar klub sepak bola Britania Raya: Liverpool Football Club. You’ll Never Walk Alone! Hari ini pekerjaan kami tidak begitu banyak. Pernah Pak Selamat berkata.
“Bulan Maret ini memang tidak banyak pekerjaan,”
“Kenapa bisa kaya itu Pak?” tanyaku. “Kena mun sudah bulan April, banyak am gawian menumpuk. Karena, bulan April adalah bulan terakhir pengumpulan SPT wajib pajak,”
“Oh, kayak itu kah,”
Hal yang paling ditunggu-tunggu oleh kami adalah jam istirahat. Tentu saja, karena kami bisa rehat sejenak untuk melepaskan lelah dan penat. Jam istirahat digunakan untuk bersantai-santai, makan-makan dan salat. Waktu itu teman-teman yang lain sedang asyik makan snack. Kemudian mereka menawarkan makanan kepadaku. Aku yang masih baru di tempat itu enggan untuk mengambilnya. Kemudian si Hendra bilang, “Mun supan, ikam lapar di sini,” Mendengar kata-kata tersebut, akhirnya aku pun ikut makan bersama mereka.
Untuk makan siang, kami menyerbu warung makan yang ada di belakang Kantor Pajak. Sering ada orang gila berkeliaran di sana. Kasihan ia, dengan baju yang compang-camping, celana yang asal-asalan, rambut yang panjang dan tak terurus serta badan yang kotor. Ia sebenarnya tidak mengganggu walau sering mencuri makanan di warung. Aku rasa ia mencuri karena ia lapar. Lagi pula apa yang dapat orang seperti dia lakukan selain mencuri makanan sekedarnya dan mengharap belas kasihan orang lain. Sungguh, apa yang ia lakukan tidak ada apa-apanya dibanding dengan para tikus-tikus pengerat uang negara.
Tempat ini berubah menjadi pasar pada setiap minggu pagi. Namun, pada setiap sore juga ada pasar. Biasanya aku dan yang lainnya setelah salat asar mampir dulu ke warung gorengan. Kami istirahat dulu di sana sebelum kembali bekerja. Pernah suatu ketika ada keroket yang baru matang tiba-tiba meledak. Dummm…. duaarrr… duaarrr. Segala isinya berhamburan. Mungkin karena terlalu matang atau entah apa, aku rasa hanya hukum fisika yang mampu menjelaskannya.
Jam istirahat juga kami gunakan untuk santai di lapangan terbuka di lantai 3 yang digunakan oleh para karyawan untuk senam pagi setiap hari Jumat. Di sini aku dapat menikmati angin sore dan juga melihat pemandangan yang ada di sekitar Kantor Pajak ini. Aku dapat melihat Bank Kalsel yang berdiri dengan gagahnya. Serta Hotel A Banjarmasin, Gereja dan Plaza Arjuna yang menjadi saksi bisu tragedi kerusuhan Mei 1997. Tak lupa juga, aku dapat melihat keriuhan pasar yang ada di belakang kantor.
Di sini kami juga sering bermain bola. Pernah satu kali Topan terlalu bersemangat menendang bola sehingga melewati balkon pembatas dan akhirnya bola pun jauh ke bawah. Kami lihat bola tersebut menimpa kepala seorang padagang pasar. Beliau sempat marah-marah. Aku yakin bola plastik kecil tersebut tidak begitu keras mengenai kepala beliau. Mungkin beliau hanya malu. Entahlah, aku tak berani mewawancarai beliau.
Suatu ketika Pak Syauqi datang ke ruang arsip. Beliau berbicara dengan Pak Selamat sebentar. Setelah pembicaraan singkat tersebut, Pak Syauqi lalu ke luar. Pak Selamat lalu mengumpulkan kami lalu bicara, “Jadi begini, karena di lantai 4 ada perlu bantuan, maka Pak Syauqi meminta salah satu dari kalian untuk pindah ke sana. Hendra, ikam hakun lah?” tanya Pak Selamat. “Inggih, Pak ai. Ulun kada papa,” ujar Hendra. Jadilah Hendra pindah ke sana.
Walaupun Hendra sudah tidak berada di ruang arsip lagi, namun ia cukup rajin mengunjungi kami di sini. Sekedar untuk urusan surat-surat, tanda tangan dan hal lainnya. Kini sudah memasuki akhir Maret. Beberapa temanku sudah habis masa magangnya. Faris, Opek, Hanna, Mitha, Vera, dan Rina adalah termasuk yang habis masa magangnya. Yang tertinggal kini hanyalah aku, Arif, Topan, dan Pahmi. Jadilah tinggal kami berempat yang tersisa di ruang arsip kini.
April 2014
Benar kata Pak Selamat. Bulan April pekerjaan sungguh banyak. Belum selesai pekerjaan yang satu, datang lagi pekerjaan lainnya. SPT wajib pajak pun menggunung. Kami terus bekerja keras. 9 April, Pemilihan Umum dilaksanakan di Indonesia. Aku libur dari rutinitas pekerjaan yang sedang banyak-banyaknya dan sungguh menyita tenaga. Di rumah aku malah disuguhi persaingan sengit nan panas Pemilihan Umum. Mulai dari hitung cepat yang ditayangkan di televisi, pembahasan sengit antar partai yang mengklaim memenangi Pemilu, bahkan sampai partai yang cari jodoh untuk membentuk koalisi.
Kembali ke masalah pekerjaan. Memasuki minggu-minggu terakhir aku magang di sini, aku masih belum menemui tanda-tanda SPT yang masih menumpuk akan selesai diarsipkan. Tanpa Rina, aku dan Pahmi sampai harus turun tangan sebagai juru sortir dadakan sekaligus mengarsipkan. Pada saat ada waktu libur, aku pergi untuk memperbaiki sepedaku. Aku pikir, aku bisa masuk kerja lebih pagi dengan bersepeda sendiri daripada harus menunggu tumpangan Arif. Hal ini bisa membuat pekerjaan bisa lebih cepat selesai. Pahmi yang mengetahui hal tersebut, malah ikut-ikutan berangkat naik sepeda.
Hari terakhir di bulan April, itu artinya hari ini adalah hari terakhir bagiku magang di Kantor Pajak. Sore harinya aku tak hanya sibuk dengan pekerjaan rutin, namun juga sibuk menyiapkan berkas-berkasku yang harus ditandatangani oleh Pak Selamat sebagai pembimbingnya. Aku tak mengira hal ini akhirnya terjadi. Rasanya baru kemarin Rina dan teman yang lainnya meninggalkan kami karena telah habis masa magangnya. Hari ini malah aku yang harus meninggalkan tempat ini. Filosofi hidup memang begitu. Yang mula-mula datang pada akhirnya harus pergi meninggalkan yang tertinggal. Dan yang tertinggal, hanya menunggu waktu untuk mengemasi barang-barangnya untuk bersiap pergi karena akan digantikan yang baru. Begitupun kehidupan dan kematian.
“Mana Ris adakah buku yang handak ditandatangani?” tanya Pak Selamat.
“Ini ada, Pak,” Aku pun menyerahkan buku panduan magang yang berisi semua kegiatan yang telah aku kerjakan di sini. Setelah selesai menandatangani, beliau pergi ke lantai bawah untuk membantu penerimaan SPT di sana. April sungguh sibuk. Aku menyelesaikan sedikit pekerjaan lagi. Setelah selesai, aku dan lainnya mengemasi barang-barang kami. Kami kemudian pergi ke tempat Pak Syauqi untuk mengembalikkan tanda pengenal bertuliskan ‘Karyawan Magang’. Setelah itu kami langsung ke bawah untuk menemui Pak Selamat.
“Pak, kami pamit mau pulang,” kataku.
“Iyakah, berarti sudah habis buhan ikam maganglah?”
“Inggih,”
“Ayuja, makasih banyaklah selama ini sudah mau membantu,” kata Pak Selamat. Kamipun bersalaman dan mohon diri untuk pulang.
Bagiku bulan Maret adalah bulan di mana semuanya berawal. Teman baru, pengalaman seru, semuanya jadi satu. Sedangkan April terasa begitu singkat. Aku senang bisa diberi kesempatan magang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarmasin. Banyak pengalaman mengesankan selama aku magang di sini. Walau pekerjaan menumpuk, akan tetapi semuanya aku lewati dengan senang hati. Hal tersebut tidak menjadi beban bagiku. Karena pekerjaan adalah amanah dan juga ibadah. Sehingga semua tetap baik-baik saja. Sekian dulu cerita aku ini. Semoga dapat diambil pelajaran.
Cerpen Karangan: Faisal Harris
Facebook: facebook.com/faisalharris34
Faisal Harris lahir di Banjarmasin tahun 1997. Menempuh sekolah menengah di SMK Muhammadiyah 1 Banjarmasin jurusan akuntansi lulus tahun 2015. Sekarang sedang belajar di salah satu Perguruan Tinggi negeri di banjarmasin.
Cerita Magang Sebuah Pengalaman Mengesankan (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Faisal Harris , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.
"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

RABU HIJAU